Cari Blog Ini

Senin, Februari 21, 2011

Burung Mata-mata Buatan Pentagon

Burung Mata-mata Buatan Pentagon

Burung Mata-mata Buatan Pentagon
WASHINGTON, KOMPAS.com — Lembaga Pertahanan AS di Pentagon mengembangkan sebuah robot mini yang bisa terbang untuk kegiatan mata-mata. Bentuknya mirip burung kolibri lengkap dengan sayapnya yang mengepak saat terbang sesuai namanya Nano Hummingbird.
"Keberhasilan program ini membuka jalan bagi wahana terbang generasi baru dengan kemampuan dan bentuk menyerupai burung berukuran kecil," kata Todd Hlton, manajer program Hummingbird di Pentagon, seperti dilansir situs web Los Angeles Times, belum lama ini.
Dengan bentuk yang seperti burung dan berukuran kecil, robot tersebut bisa melakukan manuver lebih lincah, bahkan mungkin menerobos jendela atau bertengger di kawat listrik. Bisa terbang vertikal, ke kanan, ke kiri, maju, dan mundur. Robot tersebut bisa terbang hingga kecepatan 17 kilometer per jam. Dirancang sebagai robot mata-mata, badannya dilengkapi kamera untuk merekam suasana sekitar.
Bentangan sayapnya hanya 6,5 inci atau sekitar 18 cm dan beratnya cuma 19 gram atau lebih ringan dari sebuah baterai standar AA. Seringan itu sudah dengan mesin motor penggerak, sistem komunikasi, dan kamera video.
Riset pembuatan robot tersebut menghabiskan waktu lima tahun sejak tahun 2006 dan dana sebesar 4 juta dollar AS. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), yang merupakan lembaga riset pertahanan milik Departemen Pertahanan AS, menggandeng Monrovia dan AeroVironment Inc.

Siang Mengemis, 14 Malam Tidur di Hotel

Siang Mengemis, 14 Malam Tidur di Hotel

Siang Mengemis, 14 Malam Tidur di Hotel
BIREUEN, KOMPAS.com - Sejumlah warga Kota Juang Bireuen, Aceh, mengaku terheran-heran dengan perilaku pria berinisial Abd (50), warga Desa Blang Paseh, Sigli, Pidie.
Pasalnya, pria tersebut mencari nafkah dengan mengemis di Bireuen. Tapi, pada malam hari ia bersama istrinya, Njh (41), justru menginap di hotel.
Pengemis bertubuh tambun dan berjenggot pirang, dengan rambut yang sudah ubanan itu, kini dilaporkan mulai meresahkan masyarakat Bireuen.
Hasil penelusuran Serambi Indonesia, hingga Sabtu (19/2/2011) lalu, si pengemis sudah dua pekan menginap di hotel tersebut. "Kami heran ada pengemis tidur di hotel. Kalau siang mengemis di desa kami, padahal ia tampak sehat dan segar bugar," ujar Yahya, seorang warga.
"Setiap pagi kami temukan bapak berjengot itu pakai baju koko, kain sarung, dan peci haji bersama istrinya sarapan pagi di sebuah warung dekat hotel tempat ia menginap," imbuh warga Geulanggang Baroe, Kota Juang, Bireuen.
Mustafa dan Amirul Mukminin dari Desa Geulanggang Baroe juga sependapat dengan Yahya. Mereka berharap Pemkab Bireuen melalui dinas terkait menertibkan pengemis yang makin banyak berkeliaran di kabupaten itu.
Salah satunya pengemis yang menginap di hotel tersebut. "Aneh tapi nyata, ada pengemis yang hidup mewah dengan menginap di hotel dan makan mewah pula," pungkas Amirul.
Seorang petugas Hotel Purnamaraya yang konfirmasi Serambi Indonesia, membenarkan Abd bersama istrinya sudah 14 hari menginap di kamar bernomor 118. Anehnya, kata seorang petugas hotel, setiap Abd keluar hotel, pintu kamarnya digembok dari luar, sementara istrinya ditinggal di kamar hotel.
"Dia biasanya pergi pagi, terkadang pulangnya siang membawa sebungkus nasi untuk istrinya dan terkadang juga pulang sore. Dia membayar sewa kamar Rp 75.000 per hari. Sikapnya juga aneh dan egois serta sering ribut dengan petugas hotel. Kadang-kadang ia hanya mau membayar sewa kamar kepada saya," kata seorang resepsionis hotel yang tidak mau namanya ditulis.
Abd terlihat bersama istrinya sarapan pagi di sebuah warung sebelah barat hotel tersebut. Ia membayar dengan uang pecahan ribuan yang sudah tergulung rapi.
Dia mengambil dari saku kanan bajunya, yang diduga dari hasil mengemis. Namun, pria asal Sigli itu berbicara menggunakan bahasa campuran Aceh-Indonesia, baik dengan istri maupun warga.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Bireuen, Bustami Hamid, mengatakan pihaknya akan menertibkan para pengemis yang berkeliaran di daerah itu yang jumlahnya ratusan orang.
"Para pengemis tersebut 50 persen berasal dari luar Kabupaten Bireuen. Kami akan minta polisi, TNI, dan Satpol PP atau aparat gabungan untuk menertibkan mereka," pungkasnya. (c38)

Rabu, Februari 09, 2011

Uneg2 seorang Guru tidak tetap

seandainya tunjangan sertifikasi dapat disamakan dengan program pemberian tunjangan fungsional atau insentif alangkah berbunganya hati guru semua , karena selama ini tunjangan sertifikasi itu selalu menjadi pengharapan ... mengharapkan dapat lulus sertifikasi.. dan mengharapkan semuanya..... namun kenyataan nya walaupun telah lulus tetapi tidak dapat langsung menerima yang ada hanyalah menunggu .. dan menunggu..... dan seandainya pula sertifikasi guru hanya ditujukan untuk guru2 tidak tetap alangkah indahnya hidup guru2 tidak tetap ini untuk menatap masa depannya dengan penghasilan yang tidak menentu.... dan selalu berharap untuk mempunyai penghasilan yang tetap yang bisa untuk tabungan di hari tuanya, sedangkan guru tetap (PNS dan GTY) kan sudah mempunyai pengharapan tabungan dihari tuanya yaitu dengan dana pensiun..... Pendataan yang dulu sudah dilaksanakan oleh pemerintah dengan pemberian NUPTK tersebut alangkah baiknya sebagai pedoman untuk pemberian tunjangan2 kepada guru selaku tenaga kependidikan dan pegawai2 yang berkecimpung di dunia pendidikan. Disamping itu kebijakan2 yang diatas selalu mendadak datangnya semoga di tahun berikutnya dalam dunia pendidikan kebijakan2 itu tidak dipaksakan untuk dilaksanakan di lapangan, sebagai contoh. Di tahun 2007 GTT boleh mengikuti sertifikasi guru dan dinyatakan lolos utk administrasi 1 hari kemudian dinyatakan tidak lolos karena SKnya kurang dan harus dipenuhi dalam kurun waktu 1 jam utk foto kopi sk yang kurang plus legalisir, kemudian di tahun 2008 GTT tidak boleh ikut sertifikasi yang boleh ikut harus GTY sehingga berlomba2lah yayasan membuatkan sk fiktif yang guru masih berstatus GTT menjadi guru yang berstatus GTY hal ini disebabkan oleh tuntutan tadi. Kenapa  yayasan tidak bisa mengangkat GTT yang sudah mengabdi cukup lama??? alasannya pasti satu yaitu tidak ada dana yang cukup dan apalagi sekarang pemerintah mencanangkan sekolah gratis yang notabene dana utk sekolah negeri tapi kenyataan dilapangan sekolah negeripun juga masih membayar dengan alasan bahwa dana yang diberikan oleh pemerintah tidak cukup utk menuju sekolah bertaraf internasional. Dan barusan kami dengar bahwa siswa SLTP dari sekolah negeri 80% harus diterima di SLTA negeri pula sehingga sekolah swasta yang membiayai hidupnya sendiri hanya kebagian 20%....... terus kapan sekolah swasta sebagai patner pemerintah utk mencerdaskan anak2 bangsa di negeri ini akan ditutup????????? karena tidak ada murid dan mungkin tidak ada operasional yang cukup utk mengelola sekolah swasta. Di tahun 2010 yang boleh ikut sertifikasi adalah guru2 yang mengajarnya sesuai dengan ijasah yang dimilikinya itupun beritanya juga mendadak. terus guru2 yang sudah rela utk mengajar bidang studi tertentu (TIK) yang diwaktu itu belum ada lulusan dari PT baik negeri maupun swasta walaupun tidak sesuai dengan ijasahnya mau dikemanakan????? Apakah tidak alangkah baiknya Guru2 yang sudah mau mengajar bidang studi TIK yang belum memiliki ijasah yang sesuai disekolahkan lagi???? Ditahun 2011 sekarang masalah UAN utk kriteria kelulusan berubah lagi yaitu dengan melihat nilai raport dan sampai sekarang di bulan Februari 2011 belum ada kejelasan utk kriteria kelulusan tersebut, yang di POS disebutkan 40% dari nilai rata2 raport (yang dimaksud rata2 nilai raport ini apa rata2 nilai permatpel selama 3 smt utk SLTA dan 5 smt utk SLTP, atau rata2 semua matpel utk nilai kognitif dan psikomotorik, atau rata2 nilai utk matpel yang di-UAN-kan saja?????) dan 60% dari Ujian Sekolah yang kemudian disebut nilai Sekolah. Dan utk kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan NA yang diperoleh dari gabungan antara nilai Sekolah dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan nilai UN, dengan pembobotan: 40% untuk nilai Sekolah dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk nilai UN.
mudah2an kebijakan selanjutnya selalu berpihak terhadap kami guru2 yang notabenenya dalam media selalu di ekspos dalm kemakmuran kesejahteraaan dan dengan gaji yang selangit ... namun realitanya belum semuanya ...... semoga media dapat memberikan kontribusi yang seimbang dalam berita selanjutnya semoga.... dan mudah2 pula kebijakan2 dari atas jg tidak mendadak..... semoga....semoga.... dan semoga.....